Indonesian Society of Endourology (ISE) adalah keseminatan dibawah naungan IAUI dengan fokus pada bidang endourologi. ISE adalah perwakilan resmi Ikatan Ahli Urologi Indonesia (IAUI) untuk kelompok peminatan serupa baik di dalam maupun luar negeri.
Indonesian Society of Endourology (ISE) is a seminary under the auspices of IAUI, focusing on the field of endourology. ISE is the official representative of the Indonesian Association of Urologists (IAUI) for groups with similar interests.
ISE memiliki tujuan untuk mendapatkan perspektif yang jelas mengenai endourologi. Selain itu ISE mendorong perkembangan ilmu endourologi klinis melalui pelatihan, edukasi, dan penelitian. ISE memiliki anggota ahli-ahli endourologi dan terbuka untuk seluruh spesialis urologi yang memiliki minat yang sama.
ISE aims to gain a clear perspective on endourology. In addition, ISE encourages the development of clinical endourology through training, education, and research. ISE consists of endourologists and is open to all urology specialists who share the same interests.
Cakupan peminatan ISE antara lain sebagai berikut:
The scope of ISE are as follow:
ISE dibentuk pada tahun 2012 di Bogor pada rapat seminat endourologi pelatihan laparoskopi urologi nasional ke-3. Pada rapat ini disetujui:
ISE was formed in 2012 in Bogor at the 3rd national urology laparoscopic training endourology seminar. At the meeting several things were agreed, which includes
Pembuatan AD/ART Perhimpunan Endourologi Indonesia
Making regulation for Indonesian Endourology Association
Pemilihan logo Perhimpunan Endourologi Indonesia
Selection of logo for Indonesian Endourology Association
Pemilihan ketua pertama Indonesian Society of Endourology (ISE), yang terpilih adalah: dr. Ferry Safriadi, SpU. The election of the first president of the Indonesian Society of Endourology (ISE), who were: Ferry Safriadi, MD.
Proses pembentukan ISE dimulai dengan diadakannya pelatihan laparoskopi urologi pertama kali di Indonesia tahun 2005 di RSCM. Pada saat itu hadir sebagai pembicara dan trainer Dr. Pilar Laguna, Ph.D (Belanda) dan Dr. Ali Gosen (Heilbron Jerman). Setelah itu diadakan beberapa kali pelatihan laparoskopi dengan menggunakan hewan kerja sama antara Departemen Urologi RSCM dengan Fakultas Kedokteran Hewan (FKH) IPB pada akhir tahun 2010an. dr. Chaidir A. Mochtar, SpU., Ph.D mendapat amanah sebagai ketua pelatihan dan dibantu oleh beberapa staf seperti dr. Irfan Wahyudi, SpU, dan staf dari pusat pendidikan lain: Dr. Wahjoedjati SpU dari RS. Dr. Soetomo Surabaya, Dr. Ferry Safriadi dari RS Hasan Sadikin Bandung.
The process of establishing the ISE began with the first urological laparoscopic training in Indonesia in 2005 at the RSCM. At that time, Pilar Laguna, MD, Ph.D (Netherlands) and Ali Gosen, MD (Heilbron Germany) came to be speaker and trainer. After that, several laparoscopic trainings using animals were held in collaboration between the Urology Department Cipto Mangunkusumo Hospital and the Faculty of Veterinary Medicine IPB at the end of the 2010s. Prof. Chaidir A. Mochtar, MD, Ph.D received the mandate as the head of the training and was assisted by several staffs such as Irfan Wahyudi, MD and staff from other education centers: Wahjoedjati MD, PhD from Soetomo Hospital Surabaya and Ferry Safriadi MD, PhD from Hasan Sadikin Hospital, Bandung.
Selanjutnya pada ASMIUA ke-37, 7 November 2014 di Lombok, diadakan rapat kerja pertama ISE dengan agenda:
Later at the 37th ASMIUA, 7 November 2014 in Lombok, the first ISE working meeting was held with the following agenda:
Kemudian pada tahun 2015, dengan bantuan Olympus diadakan pembicaraan tentang kemungkinan kerjasama dengan Japan International Agency (JICA). Akhirnya pada bulan November 2015 diberangkatkan 10 ahli urologi Indonesia ke Jepang untuk melihat kegiatan operasi laparoskopi, pemberian materi dan pelatihan hands-on di beberapa rumah sakit Jepang;
Then in 2015, with the help of Olympus, talks were held on the possibility of cooperation with the Japan International Agency (JICA). Finally, in November 2015, 10 Indonesian urologists were dispatched to Japan to see laparoscopic surgery activities, providing materials and hands-on training in several Japanese hospitals;
Selanjutnya diadakan kesepakatan untuk diadakan program pelatihan laparoskopi urologi di Indonesia dengan mendatangkan trainer Jepang yaitu: Prof. Terachi, Prof. Iwamura, Prof. Nakagawa, Prof. Shigeta dan Prof. Kawakita sebanyak 4 kali kunjungan dalam kurun waktu Februari 2016 sampai Juli 2017 di FKH IPB, FK Unpad, FK Unair dan FK Udayana. Hasil dari pelatihan tersebut adalah 40 orang ahli urologi tersertifikasi.
After that, an agreement was made to hold a laparoscopic urology training program in Indonesia by bringing in Japanese trainers, namely: Prof. Terachi, Prof. Iwamura, Prof. Nakagawa, Prof. Shigeta and Prof. Kawakita visited 4 times in the period February 2016 to July 2017 at Faculty of Veterinary IPB, Faculty of Medicine Universitas Padjajaran, Airlangga, and Udayana. The results of the training were 40 certified urologists.
Atas permintaan Dr. Chaidir kepada pihak Jepang untuk melanjutkan pelatihan, maka melalui The Association for Overseas Technical Cooperation and Sustainable Partnership (AOTS) diadakan pertemuan di Kyoto pada 20 April 2018 bersamaan dengan UAA. Dari pertemuan tersebut dibentuklah Japan-Indonesia Collaboration for Endourology Training (JICET).
At the request of Dr. Chaidir to Japanese party to continue the training, then, through The Association for Overseas Technical Cooperation and Sustainable Partnership (AOTS) a meeting was held in Kyoto on April 20, 2018 together with UAA. From the meeting, the Japan-Indonesia Collaboration for Endourology Training (JICET) was formed.
Program JICET berjalan selama 3 tahun untuk menambah ahli laparoskopi Indonesia dan mengadopsi sistem kualifikasi laparoskopi Jepang ke sistem Indonesia. Untuk itu dilakukan beberapa kegiatan: 1. Mengirim 4 ahli urologi Indonesia (dr. Fina, dr. Nanda, dr. Peri, dr. Anugrah) untuk magang selama 1-3 bulan di Jepang, 2. Kunjungan ke kantor Japan Society of Endourology (JSE) pada tanggal 2-3 Maret 2019 di Tokyo, untuk melihat bagaimana mereka menilai kualifikasi ahli urologi Jepang dengan menggunakan sistem penilaian Endoscopic Surgical Skill Qualification System (ESSQ) yang dihadiri oleh wakil Indonesia; dr. Chaidir, dr, Irfan, dan dr. Ferry. 3. Melakukan pelatihan laparoskopi di RSCM dengan trainer dari Jepang selama 2 hari tiap tahun selama 2 tahun berturut-turut. Program JICET telah berakhir pada 6 Maret 2021.
The JICET program runs for 3 years to add Indonesian laparoscopic experts and adopt the Japanese laparoscopic qualification system to the Indonesian system. For this reason, several activities were carried out: 1. Sending 4 Indonesian urologists (dr. Fina, dr. Nanda, dr. Peri, dr. Anugrah) for an internship for 1-3 months in Japan, 2. A visit to the office of the Japan Society of Endourology ( JSE) on 2-3 March 2019 in Tokyo, to see how they assess the qualifications of Japanese urologists using the Endoscopic Surgical Skill Qualification System (ESSQ) scoring system attended by representatives of Indonesia; dr. Chairir, dr, Irfan, and dr. Ferry. 3. Conducting laparoscopic training at RSCM with trainers from Japan for 2 days each year for 2 consecutive years. The JICET program has ended on March 6, 2021.
Selain bekerja sama dengan Jepang, ISE juga menjalin kerjasama dengan Asian Urological Surgery Training & Education Group (AUSTEG) yang telah mengadakan workshop. ISE juga menjalin kerjasama dengan Asian School of Urology (ASU) - Singapore General Hospital (SGH) melalui Dr. Michael Wong dan Dr. Henry Ho.
In addition to collaborating with Japan, ISE also collaborates with the Asian Urological Surgery Training & Education Group (AUSTEG) which has held a workshop. ISE also cooperates with the Asian School of Urology (ASU) - Singapore General Hospital (SGH) through Dr. Michael Wong and Dr. Henry Ho.
Visi :
Menjadi wadah dan sarana untuk spesialis urologi Indonesia yang berminat untuk mengembangkan diri dalam bidang endourologi
To become a forum and means for Indonesian urolopgy specialists who are interested in developing themselves in the field of endourology
Misi :
Requirements for Additional Competency Letter