Penulis : dr. Maulidina Medika Rahmanita, Sp.U
Editor : dr. Andika Afriansyah, Sp.U(K)
Inkontinensia
urin tipe stres/Stress Urinary
Incontinence (SUI) adalah keadaan di mana urin keluar secara tidak
disengaja karena peningkatan tekanan didalam perut/abdomen, yang berdampak pada
kualitas hidup pasien. Pada awalnya, pasien mungkin merasakan keluhan nyeri
saat berkemih/disuria, peningkatan jumlah berkemih/frekuensi, dan seringnya
timbul perasaan keinginan untuk berkemih yang sulit di tahan. Kondisi SUI
dirasakan sekitar 15.7% wanita dewasa di dunia, sekitar
77.5% wanita mengeluhkan hal ini mengganggu kualitas hidup dan sekitar
28.8% dalam kondsi sedang dan berat. Angka kejadian SUI akan meningkat
sesuai dengan peningkatan usia dan kondisi menopause.
Etiologi/penyebab
dari kondisi ini bersifat multi faktor, berdasarkan beberapa referensi di
dapatkan bahwa beberapa kondisi menyebabkan kondisi ini timbul, seperti:
·
Penurunan fungsi dari otot-otot
dasar panggul dan jaringat ikat sekitar, hal ini dapat disebabkan oleh penyakit
gangguan pada jaringan ikat, riawayat batuk lama, obesitas, kerusakan/trauma
pada otot dasar panggul akibat persalinan normal, kehamilan multiparitas,
keadaan menopause , kadaan konstipasi, kebiasaan menagangkat benda berat, dan
kebiasaan merokok.
· Kerusakan pada hubungan saraf dan otot akibat operasi
di daerah panggul.
Tanda
dan gejala pada kondisi ini berupa mengompol/rembesan urin saat aktivitas
sehari-hari yang di picu dengan menangkat beban, membungkuk atau berolahraga
dan saat aktivitas seksual.
Untuk menegakkan diagnosis penyakit ini dokter akan melakukan wawancara, pemeriksaan fisik dan juga bebeberapa tes lain. Pada wawancara, dokter menanyakan tentang gejala, riwayat pengobatan sebelumnya, riwayat penyakit keluarga, serta identifikasi faktor reskiko pada pasien serta dapat digunakan beberapa kuesioner dan pengisian buku catatan harian berkemih. Beberapa hal yang dapat menimbulkan inkontinensia urin dapat disingkat dengan mnemonic DIAPPERS :
· D - Delirium atau kebingungan, pada kondisi berkurangnya kesadaran baik karena efekobat atau operasi
· I - Infection atau kondisi akibat infeksi seperti sistitis dan uretritis
· A - Athrophic Uretritis atau Vaginitis, kondisi
ini dapat menyebabkan iritasi dan timbul keluhan urgensi
· P - Pharmaceuticals, efek obat seperti
terapi diuretik
·
P -
Psychological disorder atau
kelainan kejiawaan
seperti stres,
kecemasan dan
depresi
· E - Excessive Urin Output, dapat diakibatkan oleh intake cairan berlebih, penggunakan obat diuretik, alkoholisme dan efek saming kafein
· R - Restricted Mobility, penurunan kondisi fisik yang menyebabkan kesulitan/gangguan mobilitas untuk mencapai toilet.
· S - Stool Impaction, pengaruh
tekanan pada kasus konstipasi
Selain itu pada pemeriksaan fisik akan dilakukan
beberapa tes, diantaranya:
· Tes batuk/Cough stress
test
·
Bonney test
·
Q-tip test
·
Pemeriksaan status estrogen
· Methylen Blue test
·
Pessarium test
·
Pad test
Penatalansanaan
dari SUI melingkupi perubahan kebiasaan, farmakologis, dan manajemen invasif
disertai konseling untuk perubahan gaya hidup.
Perubahan kebiasaan termasuk :
· Olahraga
otot dasar panggul, salah satunya senam kegel
dengan teknik 10x kontraksi otot yang di tahan selama 10 detik dan
dilakukan 3x sehari.
·
Bladder training, dilakukan perubahan kebiasaan berkemih dengan menahan
berkemih hingga terasa penuh.
· Electrostimulation/Stimulasi elektik
dapat dilakukan menggunakan beberapa teknologi
seperti High Intensity Electromagnetic Stimulation (HIES) atau High Intensity Focused Electromagnetic (HIFEM) sesuai
dengan protokol untuk merangsang kontraksi otot dasar panggul untuk memicu
hipertrofi otot.
Pemberian tatalaksana farmakologis termasuk :
· Anti muskarinik : sebagai pengobatan utama untuk SUI, bekerja dengan menghambat reseptor muskarinik pada otot detrusor kandung kemih. Contoh obat : Solifenacin, Tolterodine, Fesoterodine, dan Imidafenacin
· B3-Agonis : bekerja dengan menstimulasi reseptor beta 3 di otot polos detrusor kandung kemih sehingga menimbulkan relaksasi dari otot tersebut. Contoh obat : Mirabegron
· Estrogen : digunakan untuk meningkatkan aliran darah dan sensitivitas dari reseptor alfa adrenergik
· Desmopressin : merupakan analog vassopresin/hormon antidiuretik, bekerja mengurangi jumlah air yang keluar pada urin
· Duloxetine : bekerja dengan menghabat pemasukan uulang dari serotonin (5-HT) dan norepinefrin, yang menngakibatkan peningkatan tonus dan memperkuat kontraksi sfingter uretra eksterna
Tatalaksana bedah pada kasus SUI dipertimbangkan setelah kegagalan terapi konservatif ataupun terapi medikamentosa dengan tujuan kontinensia, Berdasarkan pendekatan terhadap IU yang spesifik:
· SUI tanpa komplikasi : Sling untuk miduretra (Transobturator sling, Retropubic sling, Single-incision sling, Adjustable sling), Pembedahan terbuka dan laparoskopik (Kolposuspensi terbuka, Sling otolog fascial, Kolposuspensi laparoskopi), Injeksi Bulking agents.
· SUI dengan komplikasi : Alat kompresi eksternal (Adjustable compression therapy/ACT, Artificial urinary sphincter/AUS)
· SUI pada wanita dengan prolaps organ panggul : Operasi Repair POP
· SUI akibat divertikulum uretra : Operasi pengangkatan divertikulum uretra
Referensi :
1. Perkumpulan
Kontinensia Indonesia (PERKINA). Panduan Tata Laksana Inkontinensia Urine
pada Dewasa. 2nd ed. Rahardjo
HE, editor. Jakarta:
Ikatan Ahli Urologi
Indonesia; 2018. 1–109 p.
2. InaSFFU, editor. Inkontinensia Urin [Internet]. 2022 [cited 2024 May 6]. Available from: https://iaui.or.id/public-section/article_inkontinensia
3. Kobashi KC, Albo ME, Dmochowski RR, Ginsberg DA, Goldman HB, Gomelsky A, et al. Surgical treatment of female stress urinary incontinence: Aua/Sufu Guideline. Journal of